Rabu, 10 April 2013

Perdukunan Dalam Globalisasi

Perdukunan Dalam Globalisasi


             Dukun,apa yang anda pikirkan tentang arti kata tersebut setelah mendengarnya,mungkin sebagian banyak orang jika sudah mendengar kata tersebut berhubungan dengan hal-hal ghaib atau  negatif,yang sebenarnya itu bertentangan dengan agama.Sebenarnya definisi dukun adalah orang yang mengobati, menolong orang sakit, memberi jampi-jampi seperti mantra, guna-guna, dan lain sebagainya.Dukun sangat kental dengan tradisi kebudayaan Jawa sebagai penolong orang sakit atau tabib, perantara dunia nyata dengan dunia gaib, dan juga dipakai sebagai simbol adat pada setiap upacara tradisional.Perdukunan sangat erat dengan kepercayaan akan para leluhur seperti animisme dan dinamisme di Indonesia, seperti dalam tradisi Jawa, Sunda, Madura, dan Dayak.
       Sebenarnya dukun dan perdukunan bukanlah sesuatu yang baru atau asing dalam sejarah kehidupan manusia.Keberadaannya sudah sangat lama, bahkan sebelum datangnya Islam dan diutusnya Nabi kita Muhammad,dukun sudah ada contohnya saja seperti zaman Firaun,dimana pada saat itu firaun mempunyai banyak dukun untuk meramalkan kejadian apa yang akan terjadi pada masa depan Mesir dan dirinya.Dukun Firaun itu juga diperintahkan untuk melawan Nabi Musa as.Di Indonesia, praktik perdukunan memiliki akar yang kuat dalam sejarah bangsa,bahkan dukun dan politik seperti simbiosis mutualisme,dimana keduanya saling membutuhkan.Dijaman globalisasi seperti ini,politik untuk merebut kekuasaan pada zaman kerajaan di Indonesia pramodern selalu ditopang dengan kekuatan magis.karena menurut mereka jika tidak ditopang dengan kekuatan magis,mereka tidak dapat memenangkan apa yang mereka perebutkan.
       Semuanya ini memberikan gambaran yang nyata, bahwa perdukunan memang sudah dikenal lama oleh masyarakat kita. Dan ilmu ini pun turun-menurun saling diwarisi oleh anak-anak bangsa, hingga saat ini para dukun masih mendapatkan tempat bukan saja di sisi masyarakat tradisional, tetapi juga di tengah lingkungan modern.Hasilnya kini mereka yang pergi ke dukun kemudian percaya pada kekuatan magis dan menjalankan praktik perdukunan tak mengenal status sosial: kelas bawah, menengah bahkan atas.Sensasi para dukun itu mampu melampaui semua tingkat pendidikan. Banyak di antara mereka yang datang ke dukun merupakan representasi orang-orang terpelajar yang berpikiran rasional.Sebenarnya, dukun atau paranormal tidak ada bedanya, karena itu Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah t mengemukakan, bahwa paranormal adalah nama lain dari dukun dan ahli nujum (Fathul Majid, hal. 338). Maka, dukun atau paranormal adalah dua nama yang saling terkait, kadang salah satunya menjadi penanda bagi yang lainnya.
                Padahal, di dalam Al-Qur’an disebutkan dengan jelas dan pasti, bahwa hanya Allah l yang mengetahui yang ghaib, adapun selain-Nya tidak.


Allah berfirman:
“Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang ghaib; tidak ada yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri, dan Dia mengetahui apa yang di daratan dan di lautan, dan tiada sehelai daun pun yang gugur melainkan Dia mengetahuinya (pula), dan tidak jatuh sebutir biji pun dalam kegelapan bumi, dan tidak sesuatu yang basah atau yang kering, melainkan tertulis dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfuzh).” (Al-An’am: 59)

    Dari semua hal yang telah dibahas dan diuraikan dalam Al-Quran semoga kita semua tidak terjerumus kedalam hal tersebut.


Sumber:
http://asysyariah.com/sensasi-dukun-dan-perdukunan.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar